djongosb@gmail.com
Umat Islam dilarang berpikir terlalu jauh tentang Allah karena keterbatasan kita sebagai manusia...
Berikut penjelasan mengenai Dzat dan Kemaha-Kuasaan Allah
DALIL AL QUR’AN
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka “.(Q.S. Ali Imran : 190-191)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (Q.S. Yunus : 101)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk
neraka.” (Q.S. Shaad : 27)
DALIL AS SUNNAH
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali
engkau berfikir tentang Dzat Allah ” (Hadits hasan, Silsilah al
Ahaadiits ash Shahiihah)
Kata dzat yang disandarkan pada Allah
kita ketemukan pada sabda Nabi saw, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa
tafakkarua fi dzatihi” (= berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah tapi
jangan berpikir mengenai DzatNya).
firman Allah subhanahu wata’ala :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ
( الشورى : 11 )
” Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia ( Allah ) , dan Dia Maha Mendengar , Maha Melihat ” . ( QS. As Syuuraa : 11 )
Maka kalau kita menyebut Dzatullah (Dzat Allah), tidak berarti dzat di
sini sama dengan ciptaan-Nya (zat cair, zat gas, cat padat). Sama
seperti ketika kita mengatakan bahwa Allah mendengar, bukan berarti
mendengar seperti makhluknya dengan indera dengar (telinga misalnya).
Kata Dzat yang disandarkan pada Allah kita ketemukan pada sabda Nabi
saw, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” (=
berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah tapi jangan berpikir mengenai
DzatNya).
Berpikir tentang ciptaan Allah akan menyadarkan kita bahwa Allah itu ada; eksistensi Allah itu nyata.
Tapi jangan sampai kita berpikir tentang Dzat Allah atau sosok Allah. Mengapa? Kita tak akan pernah mampu.
Bukankah Dia Mutlak (Absolute). Tak terbatas oleh ruang dan waktu;
termasuk tak terbatas oleh alam pikiran manusia. Sementara manusia serba
relatif. Ambil contoh, mata kita hanya untuk melihat benda mati saja
sudah tertipu; tongkat lurus yang tertancap di air jernih bukankah
kelihatan patah?
Bagaimana mata yang relatif ini akan mampu
melihat Dzatullah yang tak terbatas itu? Maka pengetahuan kita tentang
Dzat Allah tidak lain sebatas informasi yang dia berikan kepada kita:
bagaimana sifatNya, apa namaNya; apa kehendakNya, dan sebagainya. Semua
itu diinformasikan Allah melalui Al Quran dan dijelaskan oleh Nabi
Muhammad saw.
Jika kita memaksakan diri untuk “mewujudkan”
sosok tuhan dalam pikiran kita, pasti akan salah. Sebab, bukankah selama
ini pengetahuan kita selalu berdasar persepsi yang menyandar pada apa
saja yang pernah kita lihat?
Mengapa ada tuhan yang
“diwujudkan” dengan empat tangan oleh para penganut agama pagan? Karena
sang pewujud dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa tuhan itu berkuasa
dan kekuasaan itu, seperti gambaran kekuasaan manusia, disimbolkan
dengan tangan.
Jadi, kembali lagi yang dimaksud Dzatullah
adalah wujud Allah, yang wujud itu tak mungkin bisa digambarkan, atau
didefinisikan oleh manusia.
Kata Dzat selalu dirangkai dengan
sifat Kemahaan-Nya dipakai untuk menyebut kata ganti Allah SWT Pencipta
Jagat Raya. Sedangkan hakikat Allah tidak dapat ditangkap dengan indera
makhluk-Nya. Allah tidak sama dengan zat-zat yang diciptakan-Nya.
“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS.Al-Ikhlas:4)
✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄
Dan seharusnya para kafir malu menuduh Allah itu berupa benda atau zat.
Sebab dalam alkitab cetakan lama ( hehee… biasalah kitab sering
diamandemen) Tuhan secara tegas digambarkan sebagai “zat”
“Maka
oleh sebab kita dijadikan Allah, tiadalah patut kita menyangkakan ZAT
ALLAH itu serupa dengan emas dan perak atau batu yang berukir dengan
kepandaian dan akal manusia” (Kisah Para Rasul 17:29, Alkitab Terjemahan
Lama, LAI Jakarta 1960)
Bahkan Tuhan dalam sejarah Bible digambarkan dengan bentuk dan tingkah aneh-aneh dan tidak masuk akal, contoh:
Tuhan turun ke bumi menjadi manusia, lalu duel dengan Nabi Yakub sampai
Tuhan kalah (Kejadian 32:28). Hmm.. Tuhan ngapain duel dengan nabi
segala?! kalah pula.
Tuhan menjelma menjadi burung merpati yang terbang di atas sungai (Yohanes 1:32)
Tuhan menjadi manusia Yesus yang dikejar tentara, tertangkap dan
disiksa sampai mati di kayu salib (Yohanes 1:40, Matius 27:50, Markus
15:32, Lukas 23:46, Yohanes 19:30)
Alkitab menyebutkan Allah sebagai roh, perhatikan ayat ini:
“Allah itu roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24)
Jika Allah itu roh, maka konsep Ketuhanan akan semakin tidak jelas dan
sangat melecehkan Tuhan. Tuhan digambarkan dalam bentuk yang sangat
hina.
“Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita meliputi
samudera raya, dan ROH ALLAH MELAYANG-LAYANG DI ATAS PERMUKAAN AIR”
(Kejadian 1:2)
Hah… roh Tuhan melayang-layang….
✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄
“Maka aku melihat ditengah-tengah tahta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tahta itu berdiri SEEKOR ANAK DOMBA SEPERTI TELAH
DISEMBELIH, BERTANDUK TUJUH DAN BERMATA TUJUH, ITULAH KETUJUH ROH ALLAH
YANG DIUTUS KE SEURUH BUMI” (Wahyu 5:6)
✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄✄
Sehina itukah bentuk roh Tuhan. Seharusnya mereka memikirkan sudah
sempunakah konsep Ketuhanan dalam agama mereka sebelum mencari-cari cela
Islam.
Konsep Ketuhanan Allah dalam Islam sudah sangat mapan, tak ada lagi yang perlu dipermasalahkan bagi orang-orang yang berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komen dengan sopan karena anda sopan kami pun segan.